BAKAT
Setiap orang dilahirkan dengan bakat yang berbeda. Bakat adalah kemampuan inherent dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak (Sumber : Prof. Dr. Conny Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Grasindo, 1997, hal 11). Karena bakat dibawa sejak lahir, maka bakat tidak bisa kita pilih sesuka hati kita, berbeda dengan minat yang sesuai dengan keinginan kita. Bakat setiap orang berbeda-beda itu berarti bakat menjadikan seseorang unik bila dibandingkan dengan yang lainnya. Bakat merupakan kemampuan inherent, maka ia berupa potensi yang harus dikembangkan agar bisa terwujud menjadi suatu prestasi atau kompetensi. Bakat seseorang tidak akan bermakna dan tidak akan berarti jika tidak disentuh sama sekali. Maka cara terbaik untuk menyentuhnya adalah dengan mengenalinya terlebih dahulu, kemudian baru dikembangkannya melalui serangkaian pengalaman, pendidikan dan pelatihan sebagai bagian dari suatu stimulasi yang dapat merangsang bakat untuk berkembang. Jika bakat itu tidak penting mengapa Tuhan menciptakannya untuk kita, dan jika bakat itu penting (karena berhubungan dengan struktur otak) maka bagaimana cara kita mengenalinya dan mengembangkannya.
PENELUSURAN BAKAT
Ada tiga tahapan ilmu pengetahuan dalam menelusuri keberbakatan seseorang. Tahap pertama, adalah tahap eksplorasi. Semua aktifitas dan tantangan yang ada disekitarnya akan dicobanya, trial end error. Pengalaman dan lingkungan akan menjadikan pelajaran dalam hidupnya. Mengenali bakat melalui pengalaman tradisional, sangat lama dan butuh waktu yang tidak sedikit. Tahap kedua, adalah tahap observasi, yaitu bagian dari cara mengenali bakat melalui serangkaian pengamatan, penelitian, tes wawancara, dan tes tertulis tertentu (Psikotes), kemudian diadakan skoring melalui alat ukur psikometri. Tahap ketiga, adalah tahap deteksi berbasis teknologi terkini biometri dan biopsikologi melalui media sidik jari (fingerprint test).
Setiap orang bisa menggunakan salah satu dari ketiga model tahap tersebut diatas atau menggunakan dua diantara ketiganya atau bahkan bisa menggunakan ketiga-tiganya. Pilihlah sesuai dengan keyakinan, pengalaman, dan kondisi kita masing-masing, dan carilah yang menurut anda paling optimal dan bermanfaat bagi masa depan anda atau putra anda.
PRESTASI PUNCAK
Banyak pendapat dan pandangan yang sering kita dengar tentang makna atau definisi prestasi puncak. Ada yang mengatakan bahwa prestasi puncak adalah sukses. Adapula yang berpendapat bahwa prestasi puncak adalah bahagia, dan sebagian lainnya mengatakan bahwa prestasi puncak adalah saat kita bisa dekat dengan Tuhan kita. Masih banyak pandangan lainnya yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu, misalnya, menjadi kaya, menjadi juara, menjadi bintang yang ternama, dst.
Dalam tulisan ini, kami memiliki pandangan bahwa prestasi puncak adalah menjadi yang terbaik pada bidangnya. Tidak ada orang yang sukses atau memiliki prestasi puncak di semua bidang. Tidak orang yang sempurna, setiap orang pasti memilki kelemahan tetapi sekaligus dikaruniai suatu kelebihan. Hanya saja sebagian besar kita cenderung memilih untuk meratapi atau menyesali apa-apa yang menjadi kelemahan kita, termasuk kelemahan yang dimiliki oleh anak-anak kita. Akibatnya kita terlena untuk melihat – apalagi bangga – terhadap keunggulan yang kita miliki, dan jika itu terjadi maka secara relegius hilanglah rasa syukur kita, dan secara manajerial hilanglah kesempatan kita untuk mengembangkan hal yang terbaik yang kita miliki.
Karena prestasi puncak adalah menjadi yang terbaik pada bidangnya maka tugas kita berikutnya adalah menentukan (bukan sekedar memilih) bidang apa yang akan kita dalami ? Dan profesi apa yang akan kita sarankan (bukan sekedar kita harapkan) pada anak-anak kita ? Itulah pentingnya mengenali bakat / potensi pada diri anak-anak kita terlebih dahulu.Pendidikan adalah proses stimulasi suatu potensi agar seseorang dapat mewujudkan suatu prestasi. Dan pelatihan adalah proses aktivasi suatu potensi agar memiliki kompetensi. Agar pendidikan dan pelatihan menjadi lebih efektif (tepat sasaran) dan lebih efisien (hemat biaya) maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus fokus. Mayoritas orang besar awalnya adalah spesialis, kemudian fokus dan selalu mengadakan perbaikan, temukan talenta kita lalu poleslah sekuat tenaga secara lebih fokus. (sumber : Jamil Azzaini, The Magazine of Garuda Indonesia, March 2010, hal 48 ). Sejak dini kita fokus terhadap pengembangan bakat unggul, bukan meratapi bakat lemah. Dr. Taufiq Amir mengatakan bahwa dalam mengembangkan SDM kita tidak bisa hanya memperbaiki kelemahannya saja tetapi justru secara kontinyu kita harus meningkatkan kekuatan yang dimiliki (sumber : http://taufiqamir.blogspot.com/ ). Nah apakah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita selama ini sudah fokus ? Apakah sudah jelas arahnya ? Jika sudah fokus, maka fokus dibidang apakah yang kita sarankan ? Jika sudah kita sarankan apakah akan sesuai dengan tantangan zamannya kelak ?
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)
0 komentar:
Posting Komentar