Betapa senangnya disebut sebagai orang yang berbakat dan betapa inginnya setiap orangtua mempunyai anak yang berbakat. Apalagi kelak menjadi orang yang hebat. Kebanyakan orang menjadi senang disebut sebagai orang yang berbakat sebab didalam benak hatinya terdapat sebuah keyakinan dan harapan bahwa bila sudah mempunyai bakat maka akan punya kecenderungan yang tinggi kelak hidupnya akan mudah meraih sukses. Bakat adalah potensi diri yang relatif tinggi yang bisa membawa sebuah kemudahan menuju arah sebuah kesuksesan hidup dalam bidang tertentu. Sesungguhnya setiap anak punya bakat. Hanya saja kebanyakan dari orangtua tidak mudah mengakui bakat yang dimiliki anaknya bila bakatnya itu tidak sesuai dengan keinginan orangtuanya. Seorang anak punya bakat musik yang tinggi sekalipun, tidak akan pernah mendapat pengakuan dari orangtuanya yang berharap kelak anaknya menjadi dokter seperti dirinya (orangtuanya). Padahal makna ”bakat” itu berbeda dengan makna ”keinginan” (minat). Keinginan lebih pada kecenderungan nafsu atau sesuatu yang berasal dari pengaruh eksternal. Sedangkan bakat adalah bersifat inherent alami bawaan dari sejak seseorang itu dilahirkan.
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang hebat itu dilahirkan atas kinerja kombinasi yang optimal antara bakat, minat dan cara hidup yang sehat (strategi dan manajemen diri). Bakat yang ada, tidak akan bisa menjelma begitu saja menjadi suatu prestasi bila tidak ada upaya untuk mengasahnya. Pun demikian dengan minat. Minat yang tinggi, tidak akan mencapai sasaran yang optimal dan maksimal bila tidak dilandasi bakat yang kuat (bakat unggul). Mengembangkan bakat unggul akan lebih mudah dari pada mengembangkan bakat yang lemah. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengenali bakat yang dimiliki oleh diri kita atau oleh anak-anak kita ? (Bukankah setiap orang pasti punya bakat !, Apa artinya punya bakat kalau tidak dikenali ?, Kalau bakat itu tidak penting buat apa Tuhan menciptakannya untuk kita dan untuk anak-anak kita ?)
Ada tiga tahapan (metoda) ilmu pengetahuan mengenali bakat seseorang. Tahap pertama adalah tahap yang berbasis pengalaman tradisional. Dimana seseorang bisa mengenali bakat seseorang karena pengalamannya dan karena kebersamaannya. Seseorang diamati dan dicermati terhadap kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Sejak lahir sampai ia tumbuh dewasa. Seorang ibu bisa mengenali bakat anak-anaknya karena ia selalu bersama putra-putrinya. Metoda ini bisa akurat bila memenuhi setidaknya dua syarat. Pertama adalah kedua orangtuanya mempunyai naluri dan kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan kepribadian putra putrinya. Kedua, orangtua memiliki waktu luang yang cukup panjang. Di zaman sekarang ini banyak kita jumpai dimana pembantu rumah tangga lebih banyak mengenal perilaku dan minat anak-anak dari pada orangtuanya. Itu semua karena kecenderungan orangtua sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja diluar rumah. Sehingga metoda ini tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Tahap kedua adalah tahap berbasis psikometri. Dimana seseorang mengenali bakatnya melalui alat-alat ukur psikologi (variasi tes psikologi atau psikotes). Menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan oleh seorang psikolog, kemudian seorang testee diwajibkan untuk menjawabnya. Bisa melalui tes tertulis atau tes wawancara. Hasil tes tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis saat tes tersebut diselenggarakan. Tentu pada saat seorang testee kondisinya sedang tidak sehat badannya (sakit) dan sedang bersedih hati (murung), maka hasil tesnya pastilah tidak akan optimal. Dengan demikian hasil tes berbasis psikometri ini sangatlah berubah-ubah. Tahap ketiga adalah tahap berbasis teknologi melalui deteksi fingerprint test (berbasis biopsikologi dan biometriks). Dengan metoda ini hasilnya relatif konstan dan stabil, karena pola sidik jari itu tidak pernah berubah seumur hidup dan berbeda pada setiap orangnya. Tes deteksi bakat melalui metoda ini bisa dilakukan kepada seseorang yang belum bisa calistung sekalipun, anak autis, anak hyperaktif dan anak berkebutuhan khususlainnya pun bisa dideteksi melalui metoda ini.
Bila bakat unggul sudah diketahui, maka tugas berikutnya adalah menumbuhkan minat yang sesuai dengan bakat unggulnya itu. Keberadaan bakat dan minat tidak perlu dikonfrontasikan, melainkan justru harus disinergiskan. Kesesuaian antara bakat dengan minat akan memudahkan seseorang meraih prestasi puncaknya. Menjadi orang hebat memang dibutuhkan keberaniannya meyakini apa yang menjadi bakat unggulnya, kemudian berusaha secara terus menerus mengasahnya melalui pilihan-pilihan minat (sebagai suatu stimulus) yang sesuai dengan bakatnya. Semoga ditangan orang berbakat semua menjadi hebat !
Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)
0 komentar:
Posting Komentar