Betapa murahnya harga sebuah kesuksesan jika hanya bisa diraih dengan kerja keras saja, hanya otot (tenaga) tanpa otak (kecerdasan), hanya otot tanpa hati (perasaan/feeling). Lihatlah bagaimana para kuli telah memeras keringatnya siang dan malam tetapi tidak juga kunjung sukses dalam hidupnya, hari ini kerja, hari ini pula habis uangnya. Lihatlah para pekerja buruh bangunan yang telah mempekerjakan otot dalam setiap pekannya, pekan ini dapat uang, pekan ini pula habis uangnya, dan kesuksesan tidak juga kunjung tiba. Lihatlah bagaimana para pelari, atelit binaraga, dan angkat besi (olahragawan) internasional maupun lokal, yang telah memeras keringat dan ototnya – bahkan benar-benar ototnya keras dan keringatnya keluar teramat banyak – masa tuanya hidup terlunta-lunta (itupun sudah membela negara, lebih sekedar membela keluarga). Itu semua fakta betapa kerja keras saja tidaklah cukup untuk mewujudkan kesuksesan.
Betapa orang yang hanya mengandalkan kerja keras saja tanpa berdoa, maka ia akan menjadi pribadi yang sekuler dan kafir. Kerja keras saja tanpa otak dan ilmu yang bermanfaat, maka ia akan bodoh dan ceroboh. Kerja keras saja tanpa etika dan moral, maka ia akan korup, bukannya ”mencari uang” malah ”mencuri uang”. Itulah bukti betapa kerja keras saja tidaklah cukup untuk mewujudkan kesuksesan. Apa artinya sukses jika ia bodoh (tidak langgeng). Apa artinya sukses jika ia korupsi (mengambil yang bukan haknya, tercela dan merugikan orang lain).
Mari kita jawab pertanyaan yang sederhana ini, Lebih ”kerja keras” yang manakah antara kuli dan dosen ? Lebih ”kerja cerdas” yang manakah antara kuli dan dosen ? Orang awam pun akan mudah menjawabnya – tidak perlu menunggu menjadi profesor – jelas ”lebih keras” kerjanya seorang kuli, dan jelas ”lebih cerdas” kerjanya seorang dosen. Tentu bagi anda yang merasa lebih pintar akan kembali bertanya ”lho jika dosen dibandingkan dengan dosen itu bagaimana? Nyatanya ada dosen yang gagal dan ada dosen yang lebih sukses?” Ya itu menambah sederatan bukti, bahwa dosen yang gagal hanya bisa dan mau ”bekerja keras saja” tanpa bekerja dengan cerdas sebagaimana dosen yang sukses. Dosen yang gagal hanya sibuk bicara kesana kemari tanpa melakukan penelitian yang berarti, tanpa menulis buku sebagai karya ilmiah yang telah teruji (bahkan sebagian ”oknum dosen” menulis buku populer – bukan buku berdasarkan riset ilmiah – hanya untuk kepentingan komersial belaka, untuk kepentingan nama pribadinya dari pada untuk pengabdian kepada Perguruan Tingginya).
Jika kesuksesan bisa diraih hanya bermodalkan kerja keras saja, kedepannya akan lahir dosen-dosen, atau tenaga pengajar-tenaga pengajar atau tenaga kerja-tenaga kerja yang berbasis otot tanpa menggunakan otak, yang hanya memeras keringat (otot maksimal) tanpa mengedepankan kecerdasannya (otak minimal). Bagaimana muridnya akan bisa cerdas jika para tenaga pengajarnya hanya mengandalkan otot belaka. Setelah cerdas pun tidak akan bermanfaat bagi orang lain jika tidak menggunakan hati dan nuraninya. Orang awam sudah banyak yang paham bahwa untuk sukses tidaklah cukup hanya kerja keras saja, tetapi juga masih butuh kehadiran faktor / hal lainnya, seperti kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas.
Dengan otot kita bisa bekerja keras untuk berlari (tetapi tidak sekedar lari ditempat, karena itu butuh otak), dengan otak kita bisa bekerja cerdas untuk memilih langkah yang paling efektif dan efisien (tidak hanya pandai berpikir saja, tetapi malas dalam bertindak), dan dengan hati kita bisa bekerja sesuai arah yang baik (tidak sekedar tepat sasaran tetapi juga manfaat kemudahan dan keberkahan). Otak melahirkan Visi, Otot mewujudkan Aksi, Hati membawa Misi. Nah apakah anda selamanya akan hidup dengan mitos kerja keras saja ? Tinggi mana nilai atau peran antara” kerja keras” dengan ”kerja cerdas” ? Orang awam akan menjawab butuh keduanya – terlepas dari tinggi mana nilainya – ya kerja keras, ya kerja cerdas. Itu berarti dalam mewujudkan sukses, ”kerja keras” tidak sendirian tetapi butuh teman lain bernama ”kerja cerdas”, tidak sombong mengabaikan bahkan melecehkan fungsi dan makna peran lainnya, sebagian yang lain bahkan mengatakan lebih bernilai kerja cerdas dibandingkan dengan kerja keras. Sekali lagi apakah anda mau ”menderita” dengan ”mitos kerja keras” ?
Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)
0 komentar:
Posting Komentar