Identify the Hidden Potential & Learning Style of your child

Identify the Hidden Potential & Learning Style of your child

Senin, 30 November 2015

CONTACT PERSON



Keterangan lebih lanjut mengenai teknis Deteksi Bakat melalui Fingerprint Test DMI dan Info Franchise :


CONTACT

  • RICHY PRADHITIO


E-Mail : 

  • rcee83@gmail.com
  • richy@dmiprimagama.com


Telp/SMS :

  • 08159634035


HOTLINE SERVICE :

  • 08159634035



Melayani taking sampling (pengambilan sidik jari) di sekolah, kantor, perusahaan, dll., untuk wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya.

Melayani kerjasama Fingerprint Test untuk institusi (sekolah, perusahaan, dll.) dengan HARGA SPESIAL.

* Catatan :


  1. Tes bakat sidik jari DMI cukup dilakukan hanya sekali untuk seumur hidup, untuk semua usia (2 – 90 tahun)
  2. Setelah Fingerprint Test konsultasi Psikologi GRATIS seumur hidup !!!



Biaya Fingerprint Test DMI PRIMAGAMA :

  1. Jakarta (Umum) = Rp. 2.000.000,-
  2. Luar Jakarta (Umum) = Silahkan hubungi nomor diatas


Pembayaran :

  1. Tunai
  2. Transfer via bank (BCA ; Mandiri ; BRI)
  3. Cash Tempo :


  • Uang Muka 50 % Dibayarkan pada saat tes
  • Sisa dilunasi setelah hasil fingerprint test diterima (Max. 7 hari)


Franchise Fingerprint Test DMI Primagama :

  1. Rp. 100.000.000, - Masa kontrak 5 tahun (harga belum termasuk pajak)
  2. Fasilitas starterkit dan 1 unit laptop
  3. Pelatihan oleh kantor pusat


APAKAH DERMATOGLYPHICS ITU?


APAKAH DERMATOGLYPHICS ITU ?

Dermatoglyphics atau Dermatoglifika adalah:

  1. Ilmu yang mempelajari pola sidik jari – konfigurasi ujung luar kulit jari, telapak tangan dan kaki
  2. Penelitian telah dilakukan selama lebih dari 200 tahun dalam sejarahnya 
  3. Bukti adanya kesamaan sidik jari adalah 1 banding 64.000.000.000
  4. Terbentuk sejak embrio berusia 13 minggu dalam kandungan; tonjolan di ujung jari, interdigital, area thenar (berhubungan dengan telapak tangan dan kaki) dan hypothenar di tangan mulai terbentuk. Dan formasi ini terlengkapi pada usia 24 minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel otak


POLA DASAR SIDIK JARI

Terdapat 3 pola dasar fingerprint (sidik jari) yaitu:
  1. Whorls (lingkaran)
  2. Loops (simpul)
  3. Arch (panah)
  4. Gabungan dari ketiganya

3 kalangan yang aktif mendukung DMI :
  1. Kalangan akademisi / intelektual kampus
  2. Kalangan pemerhati / pecinta dunia pendidikan
  3. Kalangan praktisi ICT / dunia riset teknologi

4 kepakaran yang aktif terlibat DMI
  1. Pakar kedokteran (aspek fingerprint & syaraf)
  2. Pakar psikologi (aspek kecerdasan & pembelajaran ; psikologi faal)
  3. Pakar antropologi (aspek keragaman budaya)
  4. Pakar ICT (aspek statistika dan programa komputer)

 Penggagas dan penemu teori Multiple Intelligence (MI) adalah Howard Gardner (belum melibatkan assessment yang berbasis ICT). Beliau adalah seorang psikolog kelas dunia dari harvard university. Beliau belum / tidak mengenal DMI assessment

 Peneliti dan pengembang fingerprint adalah para pakar anthropologi, pakar biologi murni dan kedokteran. Antara lain : Govard Bidloo (1685); Marcello Malpighi (1686); JCA. Mayer (1788); John E. Purkinje (1823); Francis Galton (1892); Harris Hawthorne (1897); Cummins & Midlo (1926); Noel Jacquin (1958); Beryl B. Hutchinson (1967); Beverly C. Jaegers (1974);

 Pengembang ICT berbasis dermatoglyphics (biometriks) yang dikombinasikan dengan teori mi menjadi DMI adalah Eric Lim Choo Siang di Singapura.


Kantor Pusat DMI

GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta

Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

Rabu, 11 November 2015

PRESTASI : DARI GENETIK ATAU DARI LINGKUNGAN (STIMULAN) ?


Menarik sekali membicarakan tentang tema prestasi. Siapa sih orangnya yang tidak ingin memiliki sesuatu bernama ”prestasi”, walau terkadang masing-masing kita beda persepsi tentang apa itu prestasi. Tetapi setidak-tidaknya ada sedikit persamaan, antara lain bahwa prestasi adalah perwujudan optimal dari suatu potensi diri. Prestasi adalah puncak dari suatu perubahan perilaku. Prestasi adalah sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan bagi yang mampu meraihnya. Prestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada level diatas rata-rata. Terlepas dari itu, kemudian muncul sebuah pertanyaan bahwa prestasi itu bisa diraih berdasarkan faktor genetika atau faktor lingkungan atau faktor stimulan ? Fakta menunjukkan kepada kita bahwa ada sebagian orang sukses karena faktor keturunan (genetik). Ia tidak sekolah, ia tidak mendapatkan pendidikan yang memadai tetapi bisa sukses, bisa berprestasi, bahkan prestasinya berbeda dari keadaan dimana selama ini ia berada. Banyak orang bersinar justru karena ia berbeda dari lingkungannya. Tetapi terkadang juga kita jumpai bahwa ada orang sukses yang kesuksesannya berbeda dari kesuksesannya orangtuanya, ia sukses berdasarkan pendidikan yang dia tekuni selama ini, ia berprestasi karena ia selalu mendapatkan mentoring dari kerabat dekatnya selama ini. Selalu bergulat dengan dunia yang itu-itu saja, sehingga terbiasa dan mahir luar biasa. Nah kalau sudah seperti itu lantas kesimpulan apa yang akan kita ambil, kemudian harus kita ikuti untuk diwariskan kepada generasi sesudah kita ?
ALIRAN LINGKUNGAN
Bernard Devlin dari Universitas Pittsburg Amerika berpendapat bahwa prestasi seseorang itu karena optimalisasi kinerja sebuah otak. Dan optimalisasi kinerja otak itu hanya 48% saja, selebihnya adalah pengaruh dari lingkungan, dari stimulan yang sering ia dapatkan. Bagi anak-anak pada fase golden age (usia dini, usia pra sekolah) stimulan berupa permainan yang mendidik dan menyenangkan sangatlah dibutuhkan. Kreatifitas bisa muncul dan mudah berkembang. Pun demikian bagi orang dewasa, pilihan bidang atau jurusan pendidikannya selama ini, akan sangat mempengaruhi kompetensi dan prestasinya kelak. Demikian asumsi dan hipotesis bapak Bernard.
ALIRAN GENETIKA
Menurut Prof. Roger Wolcott Sperry (Peraih Nobel), bahwa kinerja otak itu sangat dipengaruhi oleh dominasi belahan otaknya. Setiap orang berbeda-beda dominasi belahan otaknya. Ada yang dominan otak kanannya, dan ada yang dominan otak kirinya. Dengan demikian puncak prestasi dan bidang prestasinya pun akan berbeda-beda pula. Dan kenyataannya seperti itu. Otak kanan meliputi bidang creative ability, imaginative, artistic, acoustic, dan visual ability. Sedangkan otak kiri meliputi bidang planning ability, logical analysis, operating, language, dan observation ability.
Pilihan optimal. Dari kedua gambaran tersebut, masing-masing kita berhak memihak sekaligus bebas memilih. Pertama, secara matematis, bila asumsi kinerja otak yang 48% itu kita anggap benar, maka peran lingkungan masksimalnya adalah 52%. Pertanyaannya adalah ”bisakah kita memaksimalkan kinerja lingkungan hingga mencapai angka 52%?” Ada banyak variabel lingkungan yang meski kita kelola. Ada aspek budaya, aspek geografis, aspek sosial ekonomi, dll. Pertanyaan berikutnya adalah ”bagaimana kiat mengoptimalkan kinerja otak agar mampu meraih angka 48%?” Tentu jawabnya adalah harus mampu memahami sifat-sifat dan struktur sel otak. Kesimpulan matematisnya adalah jangan sampai kita meng-nol-kan (mengabaikan salah satu diantaranya), tentu agar poin nya bisa maksimal.  Bagi yang ekstrim genetik poin prestasinya hanya 48%, dan bagi yang ekstrim lingkungan poin prestasinya maksimal 52%. Jauh dari angka 100% kan ?. Kedua, secara sistematika, bahwa prestasi akan menjelma bila diberi stimulan. Dan stimulan tentu akan maksimal bila sesuai dengan potensi. Ibarat guru, jangan mengajari orang tuli dengan bicara, jangan mengajari orang buta untuk melukis, dan jangan mengajari kuda untuk bisa terbang. Artinya setiap stimulan haruslah disesuaikan dengan potensi dan kondisinya. Kesimpulan sistematikanya adalah mengenali potensi (kinerja otak; aspek genetik) dan kondisinya terlebih dahulu baru mencari stimulan (lingkungan, permainan dan pendidikan) yang sesuai.  Kesimpulan dari kedua kesimpulan itu adalah ”mengapa kita selalu memilih konfrontasi selama bisa bersinergi?” Genetik yang baik tidak akan bisa berkembang dengan maksimal bila tidak selalu diasah, dan lingkungan yang baik akan tidak maksimal pula bila digunakan pada sasaran yang salah, apalagi bila tidak pernah digunakan sama sekali. Nah mungkin bagi anda ada alternatif lain ? Semoga bermanfaat.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

SUKSES : ANTARA BAKAT, KEAHLIAN DAN KESEMPATAN



INTRODUCTION
Secara kuantitas sederhana, dalam meraih suatu kesuksesan peran bakat, keahlian dan kesempatan adalah masing-masing 1/3 bagian atau lebih kurang 33% (biasanya secara digampangkan 30%). Cara berpikir seperti itu muncul karena sebuah asumsi bahwa suatu bakat tidak akan ada gunanya kalau tidak diikuti dengan suatu keahlian, suatu keahlian juga tidak akan ada gunanya kalau tidak pernah bertemu dengan kesempatan. Faktanya memang ada orang sukses karena disebabkan punya bakat yang menonjol, ada yang karena disebabkan punya keahlian yang teruji dan ada yang karena disebakan punya banyak kesempatan yang baik (emas). Tetapi apakah kesimpulannya semudah itu kita menggabung-gabungkan variabel sukses tersebut. Dan semudah itu pula membagi-bagi variabel sukses itu ? Sukses dalam dimensi tertentu, tidaklah semudah ramuan teknis sebagai tumpukan dan susunan batu bata yang dirangkai untuk dijadikan sebuah dinding pada suatu rumah. Terkadang ia lebih rumit dari sebuah senyawa reaksi kimia sekalipun.
MANA YANG BISA DIKENDALIKAN OLEH KITA
Dari ketiga pokok bahasan tersebut aspek yang paling bisa kita kendalikan adalah aspek keahlian. Suatu keahlian bisa kita upayakan melalui pendidikan, pelatihan dan pembiasaan. Sedangkan aspek bakat lebih bersifat bawaan atau inheren. Ia ada sejak kita lahir dan terlepas dari rasa kesukaan kita. Baik suka ataupun tidak suka yang namanya bakat itu ”ya seperti itu”, dan itu harus kita terima dengan rasa syukur. Sedangkan berbicara tentang aspek kesempatan ada tiga variabel yang harus kita pertimbangkan, yaitu variabel waktu , variabel tataurutan (siapa atau mana yang lebih dahulu) dan variabel aktifitas. Variabel waktu jelas, jatahnya masing-masing kita adalah sama yakni sama-sama 24 jam seharinya. Dari aspek tataurutan, jelas bahwa orang yang lahir terlebih dahulu tidak ada jaminan akan berprestasi dan sukses terlebih dahulu. Dari aspek aktifitas, dia harus kita ikhtiarkan, bukan kita tunggu atau kita minta dari pihak luar. Aktifitas adalah sebuah upaya mengisi waktu. Waktu adalah sebuah kesempatan dan perjalanan yang didalamnya kita bebas untuk mengisinya atau tidak mengisinya. Pendek kata kesempatan itu tidak datang untuk kali yang kedua, kesempatan sangat sulit diprediksikan kapan datangnya, dan masih sangat kontropersial bahwa kesempatan itu ”harus diperjuangkan” atau ”harus ditunggu”. Kalau harus diperjuangkan itu namanya persiapan dan keahlian (yang datangnya harus direncanakan dan diikhtiarkan). Kalau harus ditunggu itu berarti diluar kendali kita.  Kesimpulannya adalah yang paling bisa dikendalikan adalah aspek keahlian.
MANA YANG ADA DALAM DIRI KITA
Dari ketiga aspek tersebut, aspek bakatlah yang adanya hanya di dalam diri kita. Aspek keahlian harus kita ciptakan dan kita ikhtiarkan. Aspek kesempatan, harus ”kita minta” dan atau jatahnya masing-masing kita sudah sama yakni 24 jam, sehingga tidak menjadi variabel pembeda.
KESIMPULAN
Dua hal saja yang harus kita perhatikan dalam meniti suatu kesuksesan. Pertama aspek bakat, kedua adalah aspek keahlian. Sehingga paradigma angka 30-an% bergeser secara sederhana (Jawa: secara bodon) menjadi 50-an%. Dan yang 50-an% itu pun urut-urutannya (Skala prioritasnya, kronologisnya, sistematikanya) haruslah tepat dan benar.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

DITANGAN ORANG BERBAKAT SEMUA MENJADI HEBAT



Betapa senangnya disebut sebagai orang yang berbakat dan betapa inginnya setiap orangtua mempunyai anak yang berbakat. Apalagi kelak menjadi orang yang hebat. Kebanyakan orang menjadi senang disebut sebagai orang yang berbakat sebab didalam benak hatinya terdapat sebuah keyakinan dan harapan bahwa bila sudah mempunyai bakat maka akan punya kecenderungan yang tinggi kelak hidupnya akan mudah meraih sukses. Bakat adalah potensi diri yang relatif tinggi yang bisa membawa sebuah kemudahan menuju arah sebuah kesuksesan hidup dalam bidang tertentu. Sesungguhnya setiap anak punya bakat. Hanya saja kebanyakan dari orangtua tidak mudah mengakui bakat yang dimiliki anaknya bila bakatnya itu tidak sesuai dengan keinginan orangtuanya. Seorang anak punya bakat musik yang tinggi sekalipun, tidak akan pernah mendapat pengakuan dari orangtuanya yang berharap kelak anaknya menjadi dokter seperti dirinya (orangtuanya). Padahal makna ”bakat” itu berbeda dengan makna ”keinginan” (minat). Keinginan lebih pada kecenderungan nafsu atau sesuatu yang berasal dari pengaruh eksternal. Sedangkan bakat adalah bersifat inherent alami bawaan dari sejak seseorang itu dilahirkan.
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang hebat itu dilahirkan atas kinerja kombinasi yang optimal antara bakat, minat dan cara hidup yang sehat (strategi dan manajemen diri). Bakat yang ada, tidak akan bisa menjelma begitu saja menjadi suatu prestasi bila tidak ada upaya untuk mengasahnya. Pun demikian dengan minat. Minat yang tinggi, tidak akan mencapai sasaran yang optimal dan maksimal bila tidak dilandasi bakat yang kuat (bakat unggul). Mengembangkan bakat unggul akan lebih mudah dari pada mengembangkan bakat yang lemah. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengenali bakat yang dimiliki oleh diri kita atau oleh anak-anak kita ? (Bukankah setiap orang pasti punya bakat !, Apa artinya punya bakat kalau tidak dikenali ?, Kalau bakat itu tidak penting buat apa Tuhan menciptakannya untuk kita dan untuk anak-anak kita ?)
Ada tiga tahapan (metoda) ilmu pengetahuan mengenali bakat seseorang. Tahap pertama adalah tahap yang berbasis pengalaman tradisional. Dimana seseorang bisa mengenali bakat seseorang karena pengalamannya dan karena kebersamaannya. Seseorang diamati dan dicermati terhadap kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Sejak lahir sampai ia tumbuh dewasa. Seorang ibu bisa mengenali bakat anak-anaknya karena ia selalu bersama putra-putrinya. Metoda ini bisa akurat bila memenuhi setidaknya dua syarat. Pertama adalah kedua orangtuanya mempunyai naluri dan kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan kepribadian putra putrinya. Kedua, orangtua memiliki waktu luang yang cukup panjang. Di zaman sekarang ini banyak kita jumpai dimana pembantu rumah tangga lebih banyak mengenal perilaku dan minat anak-anak dari pada orangtuanya. Itu semua karena kecenderungan orangtua sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja diluar rumah. Sehingga metoda ini tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Tahap kedua adalah tahap berbasis psikometri. Dimana seseorang mengenali bakatnya melalui alat-alat ukur psikologi (variasi tes psikologi atau psikotes). Menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan oleh seorang psikolog, kemudian seorang testee diwajibkan untuk menjawabnya. Bisa melalui tes tertulis atau tes wawancara. Hasil tes tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis saat tes tersebut diselenggarakan. Tentu pada saat seorang testee kondisinya sedang tidak sehat badannya (sakit) dan sedang bersedih hati (murung), maka hasil tesnya pastilah tidak akan optimal. Dengan demikian hasil tes berbasis psikometri ini sangatlah berubah-ubah. Tahap ketiga adalah tahap berbasis teknologi melalui deteksi fingerprint test (berbasis biopsikologi dan biometriks). Dengan metoda ini hasilnya relatif konstan dan stabil, karena pola sidik jari itu tidak pernah berubah seumur hidup dan berbeda pada setiap orangnya.  Tes deteksi bakat melalui metoda ini bisa dilakukan kepada seseorang yang belum bisa calistung sekalipun, anak autisanak hyperaktif dan anak berkebutuhan khususlainnya pun bisa dideteksi melalui metoda ini.
Bila bakat unggul sudah diketahui, maka tugas berikutnya adalah menumbuhkan minat yang sesuai dengan bakat unggulnya itu. Keberadaan bakat dan minat tidak perlu dikonfrontasikan, melainkan justru harus disinergiskan. Kesesuaian antara bakat dengan minat akan memudahkan seseorang meraih prestasi puncaknya. Menjadi orang hebat memang dibutuhkan keberaniannya meyakini apa yang menjadi bakat unggulnya, kemudian berusaha secara terus menerus mengasahnya melalui pilihan-pilihan minat (sebagai suatu stimulus) yang sesuai dengan bakatnya. Semoga ditangan orang berbakat semua menjadi hebat !

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

MENJADI ORANGTUA EFEKTIF



Setiap orang yang berumah tangga dan memiliki anak-anak pasti berharap untuk menjadi orangtua yang efektif. Anehnya tidak ada sekolahan yang menjuruskan kita untuk menjadi orangtua efektif. Tips untuk itu sangat bervariasi. Dari literatur dalam negri sampai literatur luar negeri. Dari yang ilmiah sampai yang alamiah. Dari yang intelek sampai yang populer. Semuanya disajikan sebagai upaya dan alternatif guna mewujudkan impian untuk menjadi orangtua efektif.  Ada sebuah resep atau tips yang bila dibahas secara panjang lebar bisa mengantarkan kita untuk menjadi orangtua efektif. Konsep tersebut sudah sering kita dengarkan, tetapi bila dikupas secara mendalam sesungguhnya memiliki makna dan dampak positif yang luar biasa, yaitu konsep 3 A : Asih, Asah dan Asuh. Berikut ini adalah uraian dan penjabarannya.
Asah.
Memberikan pengertian, pemahaman dan penalaran. Asah meliputi aspek kognitif dan psikomotorik. Setiap anak harus dibekali cara berpikir dan cara bertindak yang bisa mengantarkan hidupnya lebih efektif, lebih efisien dan produktif. Bagi orangtua yang tidak memiliki kehlian dalam mengasah anak-anaknya maka biasanya diserahkan kepada ahli dibidangnya.
Asuh.
Memberikan perhatian, pendampingan dan bimbingan moral. Asuh meliputi aspek attitude. Siapa yang tidak suka bila diberi perhatian. Siapa yang tidak nyaman bila didampingi oleh kedua orangtuanya. Tidak ada orang hidup yang tidak berkomunitas, berkelompok dan saling tergantung satu sama lain. Dengan pengasuhan yang benar, maka seseorang akan dibimbing kerah moral, semangat dan saling menghormati satu dengan yang lainnya. Tetapi pada perkembangan zaman yang sangat dinamis ini, fungsi pengasuhan seringkali diserahkan kepada pembantu. Kedua orangtua sibuk mencari nafkah diluar rumah. Ayah dan ibu sibuk bekerja untuk perusahaan atau kantor milik orang lain. Mereka bangga dengan disebut sebagai kaum modern profesional yang bekerja untuk orang lain, sementara anak-anakmya malah diserahkan pada orang lain yang terkadang pengetahuannya justru lebih rendah dari kedua orangtuanya. Semoga ini tidak terjadi pada keluarga kita. kalu toh haus terjadi kita dapat alternatif solusi penggantinya yang lebih baik.
Asih.
Memberikan kasih sayang, perlindungan dan fasilitas. Saat jiwa anak-anak kering (aspek psikologis) maka orangtua harus mengasihinya dalam bentuk perlindungan dan kenyamanan. Sedangkan saat anak-anak membutuhkan instrumen dan peralatan maka orangtua harus bisa memberikan fasilitas anak-anak untuk berkembang. Fasilitas itu bisa berupa sarana belajar maupun sarana bekerja. Tidak ada orang hidup yang tidak belajar, tidak ada orang hidup yang tidak bekerja dan semuanya itu membutuhkan fasilitas. Bekerja adalah suatu bentuk eksistensi manusia. Sebelum bisa bekerja dengan baik seorang anak harus mau belajar, belajar melalui pendidikan, peltihan atau pengajaran. Semuanya sebagai suatu stimulus agar potensi anak-anak kita bisa berkembang. Potensi akan bisa berkembang dengan baik apabila stimulus yang diberikan sesuai dengan potensi alaminya. Orangtua yang cermat adalah orangtua yang memahami bakat alami anak-anaknya. Orangtua yang bijak adalah orangtua yang dapat mengasuh anaknya dengan baik. Orangtua yang cerdas adalah orangtua yang dapat mengasah anak-anaknya dengan optimal. Orang tua yang sayang kepada anak-anaknya adalah orangtua yang dapat mengasihi anak-anaknya dengan baik dan benar, sesuai perkembangan usianya dan kebutuhannya.
Sudahkah kita menjalankan konsep asah, asuh dan asih secara maksimal ? Bisa melakukan yang tiga itu saja kita sudah relatif baik. Berikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Mereka adalah masa depan kita. Anak adalah amanah dari Tuhan, yang harus senantiasa kita jaga dan pelihara dengan baik. Saat kita tua renta kelak, kita hanya bisa bergantung kepada dua pihak yaitu pada Tuhan dan pada anak-anak kita juga. Kalau kita bisa mencintai mereka dengan tulus, pada saatnya juga mereka akan mencintai kita dengan tulus pula.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

ANAK YANG PERCAYA DIRI HARUS TAHU BAKATNYA



Banyak sekali kita jumpai sekarang ini anak-anak remaja yang PD (Percaya Diri) tanpa tahu bakatnya, sehingga muncul kesan bagi kita para orang dewasa bahwa anak-anak sekarang hanya bisa mejeng dan numpang beken orangtuanya. Anak pengusaha numpang beken orangtuanya, anak jenderal numpang beken orangtuanya, anak atau adik artis ternama numpang beken orangtua atau kakaknya, anak birokrat dan politikus numpang beken orangtuanya. Semuanya itu tampil PD bermodalkan “numpang”. Jika keadaan itu kita biarkan maka yang bakal terjadi adalah adanya kegagalan bagi generasi muda untuk mengulang sukses yang pernah diraih oleh kedua orangtuanya, apalagi berharap lebih baik dari mereka. Dengan demikian yang rugi pada akhirnya juga orangtuanya, anak dan orangtua sama-sama rugi, orangtua menyesali diri dan anak-anak tidak punya prestasi.
Anak yang memiliki kepercayaan diri tinggal diarahkan oleh orangtuanya secara arif dan bijaksana. Tidak mengenal bakat saja punya rasa percaya diri, apalagi jika kenal dan yakin atas bakat unggul yang ia miliki. Keberbakatan yang dikenali dan diyakini oleh seseorang akan bisa mengarahkan langkah seseorang kemana ia harus berjalan menuju masa depannya. Richard Templar mengatakan bahwa para orangtua sebaiknya perlu mengetahui bakat apa yang dimiliki oleh anak-anak mereka. Hal tersebut bisa membangun rasa percaya diri yang positif bagi anak-anak dan orangtuanya. “Jika anda ingin mereka tumbuh dengan perasaab mereka dapat menyumbangkan sesuatu bagi dunia ini dan berjalan dengan kepala tegak, disinilah mereka dapat memulainya”, “Tugas anda adalah tetap mencari hingga anda dapat memunculkan bakat terpendam mereka, dan memastikan mereka mengetahuinya” (Sumber : Richard Templar, hal 106).
Setiap anak adalah unik, dan setiap yang ingin mencapai sesuatu harus memiliki perencanaan yang baik, setiap perjalanan kesuatu tempat harus mengenal arah dan memiliki petanya. Demikian pula dengan perencanaan masa depan anak-anak kita. Dengan direncanakan saja belum tentu berhasil dengan baik, apalagi jika masa depan mereka tidak kita rencanakan dengan baik. Bakat adalah bagian dari suatu potensi yang masih tersembunyi yang dimiliki oleh seseorang sejak ia dilahirkan, dan bakat setiap orang adalah berbeda. (Sumber : Prof. Dr. Conny Semiawan, hal 11)
Setelah bakat dikenali maka tugas berikutnya adalah mengembangkannya melalui serangkaian stimulasi berupa aktifitas pendidikan dan pelatihan, sampai si anak memiliki minat dan kompetensi yang sesuai dengan bakatnya itu. Semakin minat dan cita-cita seseorang sesuai dengan bakat unggulnya maka semakin lebih mudah mewujudkan impiannya. Bakat tidaklah harus sesuatu yang berhubungan dengan dunia akademik saja atau sesuatu yang berhubingan dengan pelajaran sekolah saja. “Pastikan saja mereka – anak-anak- mengetahui bakat mereka dan yang lebih penting lagi mereka juga mengetahui bahwa anda sebagai orangtua menyadari dan mendukung bakat mereka tersebut (Sumber : Richard Templar, hal 107).

Sumber bacaan :
  1. Richard Templar, The Rules of Parenting, penerbit Esensi.
  2. Prof. Dr. Conny Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Grasindo, 1997.


Kantor Pusat DMI

GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta

Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENGENALAN POTENSI DASAR MANUSIA

Negara yang kuat (sejahtera) adalah negara yang SDM-nya kuat (cerdas dan terampil). Dan SDM yang kuat lahir dari sistem pendidikan (sistem pemberdayaan) yang berkualitas. Sistem pendidikan yang berkualitas adalah serangkaian aktivitas kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, efektif, efisien, sekaligus mampu melahirkan peserta didik yang mandiri, cerdas, terampil, taqwa dan produktif.
Ada tiga pilar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yaitu pendidikan formal, non-formal dan in-formal. Pendidikan formal, diselenggarakan oleh pemerintah melalui lembaga sekolah-sekolah. Pendidikan non-formal, diselenggarakan oleh masyarakat berupa lembaga pendidikan kursus-kursus, atau lembaga-lembaga pelatihan. Sedangkan pendidikan in-formal, diselenggarakan oleh orangtua sejak dari rumah mereka masing-masing. Ada tiga hal penting dalam rangka mengoptimalkan ketiga pilar pendidikan tersebut, antara lain : sistemnya, fasilitasnya dan kualitas SDM-nya. Pada kesempatan ini saya akan membahas pendekatan pada kualitas SDM-nya. Tentu  jika para siswa (peserta didik) agar berkualitas maka para pendidiknya (Guru, Orangtua, Pengelola kursus) juga harus memberi contoh lebih berkualitas terlebih dahulu. Sifat anak-anak akan mudah terangsang dan terinspirasi jika ada tokoh panutan atau idola terlebih dahulu. Setelah para pendidiknya berkualitas barulah kita bisa berharap output peserta didiknya akan juga berkualitas.
Pendidikan adalah bagian dari suatu upaya untuk mengembangkan potensi siswa melalui proses / kegiatan belajar mengajar sebagai suatu stimulasi. Prestasi sebagai suatu output dari kegiatan belajar mengajar tentu akan bisa maksimal jika stimulasinya sesuai dengan potensinya. Ada tiga cara ilmu dan pengetahuan dalam rangka penelusuran bakat seseorang, yakni melalui tahap eksplorasi, obeservasi dan deteksi. Tahap eksplorasi melalui serangkaian pengalaman dan coba-coba, sedangkan tahap observasi melalui serangkaian wawancara dan  tes psikologi. Pada tahap deteksi dilakukan melalui tes bakat sidik jari dengan menggunakan media teknologi biometric.
Membangun sumber daya manusia haruslah melewati tahapan yang runtut, sistematis dan berkesinambungan, yaitu mengenali potensi terlebih dahulu, kemudian memberikan stimulasi yang sesuai dengan potensi dirinya, setelah itu memilih strategi yang sesuai dengan kondisi siswa / anak masing-masing. Fenomena yang terjadi sekarang ini justru dunia pendidikan kita sibuk mencari bentuk kurikulum yang paling baik, tetapi tidak diimbangi dengan upaya mengenali potensi diri para peserta didiknya.  Anak diapandang sebagai obyek yang serba sama, bukan sebagai subyek yang serba unik, sehingga setiap anak diperlakukan dengan metode dan materi pembelajaran yang sama pula. Ada baiknya, ke depan setiap anak dan orangtua, siswa dan para pendidiknya, masing-masing mengenali potensi dirinya sebagai dasar pijakan dalam menetapkan visi dan materi pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian tidak ada lagi anak yang berkonflik dengan orangtuanya hanya karena berbeda cita-citanya. Tidak ada lagi siswa yang jenuh dan mudah bosan belajar dengan pelajarannya. Tidak ada lagi guru yang merasa terpaksa dan kurang nyaman dengan profesinya. Rasa bangga, nyaman dan senang antara siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari akan melahirkan kualitas pendidikan yang lebih baik lagi.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

Selasa, 10 November 2015

POTENSI MULTI TALENTA

Sering kita mendengar ada anak berbakat multitalenta. Pelajaran di bidang ilmu pengetahuan alamnya baik, tetapi di bidang ilmu pengetahuan sosialnya juga baik. Matematikanya bagus, biologinya juga bagus. Ilmu sejarahnya bagus, ilmu geografinya juga bagus. Menggambarnya istimewa, ikut main drama juga istimewa. Kita juga sering mendengar ada artis ibu kota serba bisa. Bisa main senetron dan terkenal, bisa menyanyi dan masuk dapur studio rekaman, bisa menjadi presenter dan nampak lincah, cerdas dan komunikatif.
Bila kita cermati, sesungguhnya beberapa prestasi unggul tersebut merupakan buah suatu kinerja atas banyak variabel yang turut mewarnai atas tercapainya dan terwujudnya prestasi puncak tersebut (multitalenta). Variabel yang dimaksudkan adalah aspek natural, aspek nurtural dan aspek lingkungan. Aspek natural adalah aspek alami yang berupa bakat bawaan sejak seseorang dilahirkan dan bisa juga disebut sebagai potensi inherent dari orang tersebut. Sedangkan aspek nurtural adalah pengasuhan yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya. Pengasuhan tersebut bisa berasal dari kedua orangtuanya, guru-gurunya selama ia bersekolah, teman-teman dekatnya, para tetangganya dan seterusnya. Aspek nurtural bisa berupa lingkungkan pendidikan formal disekolah, bisa lingkungan pendidikan informal di rumah dan bisa juga lingkungan pendidikan non formal di lembaga-lembaga kursus atau lembaga-lembaga pelatihan. Pendek kata aspek nurtural ini berupa interaksi pergaulan antar manusia.  Aspek lingkungan adalah aspek eksternal dimana anak tersebut berada. Aspek lingkungan bisa berupa adat-istiadat, norma yang tumbuh di masyarakat, tontonan yang ada di dalam tv, berita-berita yang ada dalam media elektronik maupun media cetak, dll. Aspek lingkungan juga bisa berupa kondisi geografis, misalnya di daerah tropis, daerah pegunungan, daerah pantai, dll. Kesemuanya itu akan mempengaruhi proses pembelajaran secara keseluruhan dari seorang anak. Dan proses itu akan terinternalisasi oleh diri seseorang yang disebut multitalenta itu.
Multi talenta adalah sebuah potensi kemampuan yang memiliki kesediaan yang tinggi untuk menerima stimulus berupa apapun. Ia mudah menerima rangsangan dan mudah beradaptasi untuk situasi apapun. Potensi utamanya manjadi manusia yang generik, serba bisa. Kelemahannya adalah tidak fokus, maka anak seperti itu harus mendapat arahan yang proporsional dan menurut skala prioritas yang dibutuhkan (pada zamannya, pada dunianya).
Pada tes deteksi dermatoglyphics multiple intelligence disebut berbakat multitalenta adalah bila grafik hasil dari tesnya adalah rata semuanya. Semua grafik distribusi multiple intelligence-nya adalah sama tingginya atau sama rendahnya, pendek kata rata semuanya.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

TANPA BAKAT SUKSES AKAN MENJADI SEMU !

Dalam sebuah artikel, saya pernah membaca bahwa untuk menjadikan kita sukses, maka seseorang tidak membutuhkan bakat. Menurut artikel itu kita membutuhkan hal lainnya berupa paradigma yang benar, pola berpikir yang terarah dan sikap yang tangguh. Dikesempatan lain saya juga pernah mendengar dari seorang presenter bahwa bayak orang gagal bukan karena ia tidak berbakat, tetapi karena ia kurang berpengalaman dan salah strategi. Sehingga apa sih artinya bakat itu ? Sekilas kita dengar semuanya nampak menjadi benar 100 %. Benar juga ya ternyata orang yang tidak membutuhkan bakat tetapi bila kerja keras bisa sukses juga. Dan ternyata terbukti juga ya, bahwa orang yang berbakat sekalipun, bila tidak punya pengalaman ia akan gagal juga ! Lantas bagaimana pendapat kita sendiri ?? Menerima begitu saja atau ada cara pandang dan variabel lain ?
TIDAK MEMBUTUHKAN BAKAT. Pernyataan itu nampaknya harus kita cermati maknanya setahap demi setahap. Bakat itu kebutuhan atau keinginan ? Bila itu kebutuhan dari mana kita mendapatkan ? Dan bila itu keinginan dari siapa kita penuhi ? Bila kebutuhan akan bakat itu bisa dipenuhi dari orang lain, maka pertanyaannya adalah: Bisakah bakat itu dibagi ? (berbagi bakat?) Bakat itu aspek inherent bawaan dari sejak lahir atau diciptakan setelah kita terlahirkan ? Bila bakat sudah ada sejak kita lahir, mengapa tidak kita optimalkan sekaligus kita syukuri ? Sudah benarkah sikap kita bila kita menyia-nyiakan keberadaan bakat ? Kalau ada setelah kita terlahirkan, maka bagaimana kita menciptakan bakat itu agar ia menjadi ada ? Lantas apa bedanya bakat dengan minat ? Dan seterusnya dan seterusnya.
TERNYATA ORANG BERBAKAT JUGA GAGAL. Ya memang ada kasus orang berbakat yang gagal. Pertanyaannya adalah apakah mereka sudah tahu bahwa mereka punya bakat selama ini dibidang yang dimaksudkan itu ? Darimana mereka tahu bakat mereka itu ? Jangan-jangan mereka salah duga, bahwa apa yang ia persepsikan bakat itu sesungguhnya bukan bakat yang sebenarnya. Pertanyaan berikutnya adalah Apakah semua orang yang ”pasti tidak berbakat itu” juga pasti sukses dalam karirnya atau dalam kehidupannya ? Yang berbakat saja belum tentu sukses, apalagi yang tidak berbakat.
SUKSES YANG SEMU. Bakat adalah potensi internal dari seseorang. Bisa saja kesuksesan seseorang itu dipengaruhi oleh faktor yang eksternal berupa stimulan, pendidikan dan lingkungan. Tetapi itu akan mudah rapuh bila tidak dijiwai oleh dorongan nurani yang paling dalam. Nurani yang paling dalam yang teridentifikasi itulah biasanya disebut bakat. Maka kesuksesan seperti itu akan menjadi semu belaka. Nampak luarnya sukses (bahagia), tetapi nuraninya tidak ada kemerdekaan, tidak ada kenyamanan. Bekerja bukan karena ”tanggungjawab nurani” tetapi karena ”tanggungjawab fisik” (takut kelaparan, takut tidak kaya, takut di PHK, dll). Kebahagian akan mudah didapatkan (mudah dirasakan, mudah diciptakan) bila ada kesesuaian antara bakat inherent (nurani) dengan aktifitas yang dijalaninya. Kesulitan dan tantangan berat sekalipun akan dihadapinya bila itu sesuai dengan bakat inherentnya. Daya juang semakin gigih secara alami, bukan dorongan eksternal (apalagi dorongan yang sangat fisiologis). Dengan demikian kebahagiaannya akan semakin lebih sempurna bila dibandingkan dengan kebahagiaan yang berbasis dorongan eksternal.  Sukses karena faktor eksternal (tanpa bakat) menjadi semu (bersifat sangat sementara dan mudah berubah-ubah). Sementara sukses yang semata-mata karena faktor internal saja (hanya bakat semata) menjadi tidak optimal (ia bahagia tetapi hanya untuk dirinya sendiri, belum maksimal untuk orang lain)
KESIMPULAN. Bahwa variabel untuk menjadi sukses itu sangat variatif, heterogen dan sangatlah kompleks. Karena sangat kompleksnya itulah berbicara tentang sukses menjadi sesuatu yang selalu sangat menarik untuk disimak. Siapa sih orang yang tidak mau tahu jalan menuju sukses ? Dan siapa sih orang yang tidak ingin dalam hidupnya itu diisi oleh kesuksesan demi kesuksesan ?  Maka menjadi wajar bila ikhtiar demi ikhtiar selalu saja diupayakan demi ”makhluk” bernama sukses itu. Dari beberapa ulasan didepan tadi, dapatlah disimpulkan (sementara) bahwa kesuksesan adalah kombinasi kinerja yang optimal antaraBAKATMINAT dan CARA HIDUP YANG SEHAT. Ketiga-tiganya sangat penting dan saling berhubungan erat satu sama lainnya. Semoga bermanfaat !

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes