Identify the Hidden Potential & Learning Style of your child

Identify the Hidden Potential & Learning Style of your child

Senin, 30 November 2015

CONTACT PERSON



Keterangan lebih lanjut mengenai teknis Deteksi Bakat melalui Fingerprint Test DMI dan Info Franchise :


CONTACT

  • RICHY PRADHITIO


E-Mail : 

  • rcee83@gmail.com
  • richy@dmiprimagama.com


Telp/SMS :

  • 08159634035


HOTLINE SERVICE :

  • 08159634035



Melayani taking sampling (pengambilan sidik jari) di sekolah, kantor, perusahaan, dll., untuk wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya.

Melayani kerjasama Fingerprint Test untuk institusi (sekolah, perusahaan, dll.) dengan HARGA SPESIAL.

* Catatan :


  1. Tes bakat sidik jari DMI cukup dilakukan hanya sekali untuk seumur hidup, untuk semua usia (2 – 90 tahun)
  2. Setelah Fingerprint Test konsultasi Psikologi GRATIS seumur hidup !!!



Biaya Fingerprint Test DMI PRIMAGAMA :

  1. Jakarta (Umum) = Rp. 2.000.000,-
  2. Luar Jakarta (Umum) = Silahkan hubungi nomor diatas


Pembayaran :

  1. Tunai
  2. Transfer via bank (BCA ; Mandiri ; BRI)
  3. Cash Tempo :


  • Uang Muka 50 % Dibayarkan pada saat tes
  • Sisa dilunasi setelah hasil fingerprint test diterima (Max. 7 hari)


Franchise Fingerprint Test DMI Primagama :

  1. Rp. 100.000.000, - Masa kontrak 5 tahun (harga belum termasuk pajak)
  2. Fasilitas starterkit dan 1 unit laptop
  3. Pelatihan oleh kantor pusat


APAKAH DERMATOGLYPHICS ITU?


APAKAH DERMATOGLYPHICS ITU ?

Dermatoglyphics atau Dermatoglifika adalah:

  1. Ilmu yang mempelajari pola sidik jari – konfigurasi ujung luar kulit jari, telapak tangan dan kaki
  2. Penelitian telah dilakukan selama lebih dari 200 tahun dalam sejarahnya 
  3. Bukti adanya kesamaan sidik jari adalah 1 banding 64.000.000.000
  4. Terbentuk sejak embrio berusia 13 minggu dalam kandungan; tonjolan di ujung jari, interdigital, area thenar (berhubungan dengan telapak tangan dan kaki) dan hypothenar di tangan mulai terbentuk. Dan formasi ini terlengkapi pada usia 24 minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel otak


POLA DASAR SIDIK JARI

Terdapat 3 pola dasar fingerprint (sidik jari) yaitu:
  1. Whorls (lingkaran)
  2. Loops (simpul)
  3. Arch (panah)
  4. Gabungan dari ketiganya

3 kalangan yang aktif mendukung DMI :
  1. Kalangan akademisi / intelektual kampus
  2. Kalangan pemerhati / pecinta dunia pendidikan
  3. Kalangan praktisi ICT / dunia riset teknologi

4 kepakaran yang aktif terlibat DMI
  1. Pakar kedokteran (aspek fingerprint & syaraf)
  2. Pakar psikologi (aspek kecerdasan & pembelajaran ; psikologi faal)
  3. Pakar antropologi (aspek keragaman budaya)
  4. Pakar ICT (aspek statistika dan programa komputer)

 Penggagas dan penemu teori Multiple Intelligence (MI) adalah Howard Gardner (belum melibatkan assessment yang berbasis ICT). Beliau adalah seorang psikolog kelas dunia dari harvard university. Beliau belum / tidak mengenal DMI assessment

 Peneliti dan pengembang fingerprint adalah para pakar anthropologi, pakar biologi murni dan kedokteran. Antara lain : Govard Bidloo (1685); Marcello Malpighi (1686); JCA. Mayer (1788); John E. Purkinje (1823); Francis Galton (1892); Harris Hawthorne (1897); Cummins & Midlo (1926); Noel Jacquin (1958); Beryl B. Hutchinson (1967); Beverly C. Jaegers (1974);

 Pengembang ICT berbasis dermatoglyphics (biometriks) yang dikombinasikan dengan teori mi menjadi DMI adalah Eric Lim Choo Siang di Singapura.


Kantor Pusat DMI

GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta

Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

Rabu, 11 November 2015

PRESTASI : DARI GENETIK ATAU DARI LINGKUNGAN (STIMULAN) ?


Menarik sekali membicarakan tentang tema prestasi. Siapa sih orangnya yang tidak ingin memiliki sesuatu bernama ”prestasi”, walau terkadang masing-masing kita beda persepsi tentang apa itu prestasi. Tetapi setidak-tidaknya ada sedikit persamaan, antara lain bahwa prestasi adalah perwujudan optimal dari suatu potensi diri. Prestasi adalah puncak dari suatu perubahan perilaku. Prestasi adalah sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan bagi yang mampu meraihnya. Prestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada level diatas rata-rata. Terlepas dari itu, kemudian muncul sebuah pertanyaan bahwa prestasi itu bisa diraih berdasarkan faktor genetika atau faktor lingkungan atau faktor stimulan ? Fakta menunjukkan kepada kita bahwa ada sebagian orang sukses karena faktor keturunan (genetik). Ia tidak sekolah, ia tidak mendapatkan pendidikan yang memadai tetapi bisa sukses, bisa berprestasi, bahkan prestasinya berbeda dari keadaan dimana selama ini ia berada. Banyak orang bersinar justru karena ia berbeda dari lingkungannya. Tetapi terkadang juga kita jumpai bahwa ada orang sukses yang kesuksesannya berbeda dari kesuksesannya orangtuanya, ia sukses berdasarkan pendidikan yang dia tekuni selama ini, ia berprestasi karena ia selalu mendapatkan mentoring dari kerabat dekatnya selama ini. Selalu bergulat dengan dunia yang itu-itu saja, sehingga terbiasa dan mahir luar biasa. Nah kalau sudah seperti itu lantas kesimpulan apa yang akan kita ambil, kemudian harus kita ikuti untuk diwariskan kepada generasi sesudah kita ?
ALIRAN LINGKUNGAN
Bernard Devlin dari Universitas Pittsburg Amerika berpendapat bahwa prestasi seseorang itu karena optimalisasi kinerja sebuah otak. Dan optimalisasi kinerja otak itu hanya 48% saja, selebihnya adalah pengaruh dari lingkungan, dari stimulan yang sering ia dapatkan. Bagi anak-anak pada fase golden age (usia dini, usia pra sekolah) stimulan berupa permainan yang mendidik dan menyenangkan sangatlah dibutuhkan. Kreatifitas bisa muncul dan mudah berkembang. Pun demikian bagi orang dewasa, pilihan bidang atau jurusan pendidikannya selama ini, akan sangat mempengaruhi kompetensi dan prestasinya kelak. Demikian asumsi dan hipotesis bapak Bernard.
ALIRAN GENETIKA
Menurut Prof. Roger Wolcott Sperry (Peraih Nobel), bahwa kinerja otak itu sangat dipengaruhi oleh dominasi belahan otaknya. Setiap orang berbeda-beda dominasi belahan otaknya. Ada yang dominan otak kanannya, dan ada yang dominan otak kirinya. Dengan demikian puncak prestasi dan bidang prestasinya pun akan berbeda-beda pula. Dan kenyataannya seperti itu. Otak kanan meliputi bidang creative ability, imaginative, artistic, acoustic, dan visual ability. Sedangkan otak kiri meliputi bidang planning ability, logical analysis, operating, language, dan observation ability.
Pilihan optimal. Dari kedua gambaran tersebut, masing-masing kita berhak memihak sekaligus bebas memilih. Pertama, secara matematis, bila asumsi kinerja otak yang 48% itu kita anggap benar, maka peran lingkungan masksimalnya adalah 52%. Pertanyaannya adalah ”bisakah kita memaksimalkan kinerja lingkungan hingga mencapai angka 52%?” Ada banyak variabel lingkungan yang meski kita kelola. Ada aspek budaya, aspek geografis, aspek sosial ekonomi, dll. Pertanyaan berikutnya adalah ”bagaimana kiat mengoptimalkan kinerja otak agar mampu meraih angka 48%?” Tentu jawabnya adalah harus mampu memahami sifat-sifat dan struktur sel otak. Kesimpulan matematisnya adalah jangan sampai kita meng-nol-kan (mengabaikan salah satu diantaranya), tentu agar poin nya bisa maksimal.  Bagi yang ekstrim genetik poin prestasinya hanya 48%, dan bagi yang ekstrim lingkungan poin prestasinya maksimal 52%. Jauh dari angka 100% kan ?. Kedua, secara sistematika, bahwa prestasi akan menjelma bila diberi stimulan. Dan stimulan tentu akan maksimal bila sesuai dengan potensi. Ibarat guru, jangan mengajari orang tuli dengan bicara, jangan mengajari orang buta untuk melukis, dan jangan mengajari kuda untuk bisa terbang. Artinya setiap stimulan haruslah disesuaikan dengan potensi dan kondisinya. Kesimpulan sistematikanya adalah mengenali potensi (kinerja otak; aspek genetik) dan kondisinya terlebih dahulu baru mencari stimulan (lingkungan, permainan dan pendidikan) yang sesuai.  Kesimpulan dari kedua kesimpulan itu adalah ”mengapa kita selalu memilih konfrontasi selama bisa bersinergi?” Genetik yang baik tidak akan bisa berkembang dengan maksimal bila tidak selalu diasah, dan lingkungan yang baik akan tidak maksimal pula bila digunakan pada sasaran yang salah, apalagi bila tidak pernah digunakan sama sekali. Nah mungkin bagi anda ada alternatif lain ? Semoga bermanfaat.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

SUKSES : ANTARA BAKAT, KEAHLIAN DAN KESEMPATAN



INTRODUCTION
Secara kuantitas sederhana, dalam meraih suatu kesuksesan peran bakat, keahlian dan kesempatan adalah masing-masing 1/3 bagian atau lebih kurang 33% (biasanya secara digampangkan 30%). Cara berpikir seperti itu muncul karena sebuah asumsi bahwa suatu bakat tidak akan ada gunanya kalau tidak diikuti dengan suatu keahlian, suatu keahlian juga tidak akan ada gunanya kalau tidak pernah bertemu dengan kesempatan. Faktanya memang ada orang sukses karena disebabkan punya bakat yang menonjol, ada yang karena disebabkan punya keahlian yang teruji dan ada yang karena disebakan punya banyak kesempatan yang baik (emas). Tetapi apakah kesimpulannya semudah itu kita menggabung-gabungkan variabel sukses tersebut. Dan semudah itu pula membagi-bagi variabel sukses itu ? Sukses dalam dimensi tertentu, tidaklah semudah ramuan teknis sebagai tumpukan dan susunan batu bata yang dirangkai untuk dijadikan sebuah dinding pada suatu rumah. Terkadang ia lebih rumit dari sebuah senyawa reaksi kimia sekalipun.
MANA YANG BISA DIKENDALIKAN OLEH KITA
Dari ketiga pokok bahasan tersebut aspek yang paling bisa kita kendalikan adalah aspek keahlian. Suatu keahlian bisa kita upayakan melalui pendidikan, pelatihan dan pembiasaan. Sedangkan aspek bakat lebih bersifat bawaan atau inheren. Ia ada sejak kita lahir dan terlepas dari rasa kesukaan kita. Baik suka ataupun tidak suka yang namanya bakat itu ”ya seperti itu”, dan itu harus kita terima dengan rasa syukur. Sedangkan berbicara tentang aspek kesempatan ada tiga variabel yang harus kita pertimbangkan, yaitu variabel waktu , variabel tataurutan (siapa atau mana yang lebih dahulu) dan variabel aktifitas. Variabel waktu jelas, jatahnya masing-masing kita adalah sama yakni sama-sama 24 jam seharinya. Dari aspek tataurutan, jelas bahwa orang yang lahir terlebih dahulu tidak ada jaminan akan berprestasi dan sukses terlebih dahulu. Dari aspek aktifitas, dia harus kita ikhtiarkan, bukan kita tunggu atau kita minta dari pihak luar. Aktifitas adalah sebuah upaya mengisi waktu. Waktu adalah sebuah kesempatan dan perjalanan yang didalamnya kita bebas untuk mengisinya atau tidak mengisinya. Pendek kata kesempatan itu tidak datang untuk kali yang kedua, kesempatan sangat sulit diprediksikan kapan datangnya, dan masih sangat kontropersial bahwa kesempatan itu ”harus diperjuangkan” atau ”harus ditunggu”. Kalau harus diperjuangkan itu namanya persiapan dan keahlian (yang datangnya harus direncanakan dan diikhtiarkan). Kalau harus ditunggu itu berarti diluar kendali kita.  Kesimpulannya adalah yang paling bisa dikendalikan adalah aspek keahlian.
MANA YANG ADA DALAM DIRI KITA
Dari ketiga aspek tersebut, aspek bakatlah yang adanya hanya di dalam diri kita. Aspek keahlian harus kita ciptakan dan kita ikhtiarkan. Aspek kesempatan, harus ”kita minta” dan atau jatahnya masing-masing kita sudah sama yakni 24 jam, sehingga tidak menjadi variabel pembeda.
KESIMPULAN
Dua hal saja yang harus kita perhatikan dalam meniti suatu kesuksesan. Pertama aspek bakat, kedua adalah aspek keahlian. Sehingga paradigma angka 30-an% bergeser secara sederhana (Jawa: secara bodon) menjadi 50-an%. Dan yang 50-an% itu pun urut-urutannya (Skala prioritasnya, kronologisnya, sistematikanya) haruslah tepat dan benar.

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

DITANGAN ORANG BERBAKAT SEMUA MENJADI HEBAT



Betapa senangnya disebut sebagai orang yang berbakat dan betapa inginnya setiap orangtua mempunyai anak yang berbakat. Apalagi kelak menjadi orang yang hebat. Kebanyakan orang menjadi senang disebut sebagai orang yang berbakat sebab didalam benak hatinya terdapat sebuah keyakinan dan harapan bahwa bila sudah mempunyai bakat maka akan punya kecenderungan yang tinggi kelak hidupnya akan mudah meraih sukses. Bakat adalah potensi diri yang relatif tinggi yang bisa membawa sebuah kemudahan menuju arah sebuah kesuksesan hidup dalam bidang tertentu. Sesungguhnya setiap anak punya bakat. Hanya saja kebanyakan dari orangtua tidak mudah mengakui bakat yang dimiliki anaknya bila bakatnya itu tidak sesuai dengan keinginan orangtuanya. Seorang anak punya bakat musik yang tinggi sekalipun, tidak akan pernah mendapat pengakuan dari orangtuanya yang berharap kelak anaknya menjadi dokter seperti dirinya (orangtuanya). Padahal makna ”bakat” itu berbeda dengan makna ”keinginan” (minat). Keinginan lebih pada kecenderungan nafsu atau sesuatu yang berasal dari pengaruh eksternal. Sedangkan bakat adalah bersifat inherent alami bawaan dari sejak seseorang itu dilahirkan.
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang hebat itu dilahirkan atas kinerja kombinasi yang optimal antara bakat, minat dan cara hidup yang sehat (strategi dan manajemen diri). Bakat yang ada, tidak akan bisa menjelma begitu saja menjadi suatu prestasi bila tidak ada upaya untuk mengasahnya. Pun demikian dengan minat. Minat yang tinggi, tidak akan mencapai sasaran yang optimal dan maksimal bila tidak dilandasi bakat yang kuat (bakat unggul). Mengembangkan bakat unggul akan lebih mudah dari pada mengembangkan bakat yang lemah. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengenali bakat yang dimiliki oleh diri kita atau oleh anak-anak kita ? (Bukankah setiap orang pasti punya bakat !, Apa artinya punya bakat kalau tidak dikenali ?, Kalau bakat itu tidak penting buat apa Tuhan menciptakannya untuk kita dan untuk anak-anak kita ?)
Ada tiga tahapan (metoda) ilmu pengetahuan mengenali bakat seseorang. Tahap pertama adalah tahap yang berbasis pengalaman tradisional. Dimana seseorang bisa mengenali bakat seseorang karena pengalamannya dan karena kebersamaannya. Seseorang diamati dan dicermati terhadap kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Sejak lahir sampai ia tumbuh dewasa. Seorang ibu bisa mengenali bakat anak-anaknya karena ia selalu bersama putra-putrinya. Metoda ini bisa akurat bila memenuhi setidaknya dua syarat. Pertama adalah kedua orangtuanya mempunyai naluri dan kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan kepribadian putra putrinya. Kedua, orangtua memiliki waktu luang yang cukup panjang. Di zaman sekarang ini banyak kita jumpai dimana pembantu rumah tangga lebih banyak mengenal perilaku dan minat anak-anak dari pada orangtuanya. Itu semua karena kecenderungan orangtua sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja diluar rumah. Sehingga metoda ini tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Tahap kedua adalah tahap berbasis psikometri. Dimana seseorang mengenali bakatnya melalui alat-alat ukur psikologi (variasi tes psikologi atau psikotes). Menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan oleh seorang psikolog, kemudian seorang testee diwajibkan untuk menjawabnya. Bisa melalui tes tertulis atau tes wawancara. Hasil tes tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis saat tes tersebut diselenggarakan. Tentu pada saat seorang testee kondisinya sedang tidak sehat badannya (sakit) dan sedang bersedih hati (murung), maka hasil tesnya pastilah tidak akan optimal. Dengan demikian hasil tes berbasis psikometri ini sangatlah berubah-ubah. Tahap ketiga adalah tahap berbasis teknologi melalui deteksi fingerprint test (berbasis biopsikologi dan biometriks). Dengan metoda ini hasilnya relatif konstan dan stabil, karena pola sidik jari itu tidak pernah berubah seumur hidup dan berbeda pada setiap orangnya.  Tes deteksi bakat melalui metoda ini bisa dilakukan kepada seseorang yang belum bisa calistung sekalipun, anak autisanak hyperaktif dan anak berkebutuhan khususlainnya pun bisa dideteksi melalui metoda ini.
Bila bakat unggul sudah diketahui, maka tugas berikutnya adalah menumbuhkan minat yang sesuai dengan bakat unggulnya itu. Keberadaan bakat dan minat tidak perlu dikonfrontasikan, melainkan justru harus disinergiskan. Kesesuaian antara bakat dengan minat akan memudahkan seseorang meraih prestasi puncaknya. Menjadi orang hebat memang dibutuhkan keberaniannya meyakini apa yang menjadi bakat unggulnya, kemudian berusaha secara terus menerus mengasahnya melalui pilihan-pilihan minat (sebagai suatu stimulus) yang sesuai dengan bakatnya. Semoga ditangan orang berbakat semua menjadi hebat !

Kantor Pusat DMI
GRAHA POGUNG LOR No. 2,3,4, Lantai 1
Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta
Contact Person : Richy (08562567061 / 08159634035)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes